B.A.B DI ALAM TERBUKA
Oleh Mas Ruki pada 3 Desember 2015 pukul 15:13
Disarikan dari buku : How to Shit in The Wood
Karangan : Kathleen Meyer
Oleh : Diah Asri
BAB – Buang Air Besar, hal yang sangat alamiah bagi semua mahluk hidup. Sudah sejak beberapa ribu tahun yang lalu nenek moyang kita berjongkok untuk berak dengan suksesnya di hutan. Namun kesuksesan itu tidak turun kepada kita menjadi sebuah insting, terutama bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan kenyamanan sebuah WC. Sehingga, ketika kita kembali bermain dialam terbuka, kita menjadi begitu kagoknya untuk melaksanakan ‘panggilan alam’ yang satu ini.
Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa B.A.B itu penting bagi kesehatan kita. Dengan buang air, tubuh kita dapat mengeluarkan racun dan zat-zat berbahaya dari tubuh. Jadi jangan sampai kita menahan B.A.B berhari-hari dihutan hanya karena kita kagok.
Jangan Berak Sembarangan
Dialam terbuka, memang paling enak untuk berak di sungai. Kita tinggal mencari tempat yang aman dan nyaman, jongkok, ‘mendorong’, dan si kotoran pun langsung meluncur menghilang bersama dengan arus air. Untuk cebok pun kita tinggal meraup air jernih yang melewati kita. Habis perkara.
Namun saya tidak menganjurkan pembaca untuk berak di sungai. Alasan yang paling utama adalah karena kita pun minum dari air sungai. Berikut ini adalah contoh kejadian fatal akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia. Pada tahun 1970, di Aspen, Colorado, terjadi wabah bawaan air yang disebabkan oleh parasit Giardia . Empat tahun berikutnya, wabah ini menyerang orang-orangnyang bepergian ke Leningrad, Uni Sovyet. Pada tahun 1991, Giardia telah menyerang perairan New Zealand. Dan tahun berikutnya, di ujung lain dunia, Taman Nasional Nahanni – daerah terpencil yang hanya bisa dijangkau melalui jalan mudara dikawasan Barat Daya Canada, telah terkontaminasi Giardia.
Giardia menular melalui transmisi fecal-oral, atau dari kotoran ke mulut. Sebenarnya carrierGiardia adalah berang-berang dan muskrat yang hidup di air. Namun justru manusialah yang menyebarkan parasit ini keseluruh dunia. Begitu kista Giardia memasuki perairan sungai dan dunia, kista tersebut dapat menyebabkan penyakit Giardiasis selama beberapa bulan berikutnya, terutama pada air yang dingin. Giardia telah ditemukan di sumber air pegunungan, yang terbentuk dari air hujan dan kemudian membentuk
sungai-sungai. Pada beberapa sungai, konsentrasi Giardia lebih tinggi dibandingkan sungai lainnya, penelitian menunjukkan bahwa kadarnya berupa secara musiman dan regional. Teknisnya, begitu air jatuh dari langit dan menyentuh bumi, atau begitu air tanah keluar dari bumi, Giardia sudah mungkin muncul.
Meskipun tidak fatal, namun Giardia dapat menimbulkan penyakit yang mengganggu, bahkan kronis. Berikut ini adalah gejala-gejala Giardiasis (infeksi Giardia) :
- Mencret yang banyak (namun bukan air), tujuh sampai sepuluh hari setelah tertelan, disertai dengan mulas dan kram perut.
- Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan deman ringan.
- Gejala akut dapat berlangsung tujuh hingga dua puluh satu hari dan dapat menjadi semakin kronis atau terus terjadi.
- Pada kasus kroni, penurunan berat badan dapat terjadi karena malnutrisi.
- Gejala kronis mencakup kembung, kontipasi, dan kram perut bagian atas.
Selain Giardia, ada pula Crystoporidium yang pada tahun 1993 menimbulkan wabah yang menyerang 400.000 orang di Milwaukee melalui air.
Bayangin kalo seluruh pendaki gunung berak di sungai……….
Jadi, mendingan kita pup didarat aja. Kita pake teknik klasik yang dikenal denga sebutan lubang kucing.
Teknisnya gali lubang, pup, tutup lubang. Kaya kucing aja ………..
Teknik Membuat Lubang
Pertama siapkan alat untuk menggali.Bisa pisau, batang kayu, tapi yang paling enak sih sekop kecil. Untuk menentukan tempat penggalian yang tepat, diperlukan sedikit pengetahuan dan persiapan. Tujuan penggalian lubang adalah untuk menghambat penyebaran organisme penyebab penyakit yang bisa disebabkan oleh manusia, hewan, atau aliran air hujan (run off) atau oleh serangga.
Lama waktu penguraian kotoran manusia ditentukan oleh banyak faktor. Tapi, pada kondisi idealpun, kotoran manusia baru musnah terurai setelah lebih dari setahun.
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah jangan sampai kotoran kita terbawa menuju aliran air. Pilih lokasi yang jauh dari sungai atau danau, kurang lebih 5 m dari sungai atau danau, serta cukup tinggi. Sehingga kalau permukaan sungainya naik, ‘celengan’ kita nggak ikut tersapu.
Sedangkan untuk kedalaman penggalian, tenang aja, kita nggak harus ngegali sampe Cina. Makin dalam bukan berarti makin baik, karena enzim pengurai yang paling efektif hidup pada lapisan sekitar delapan inci (20,5 senti) dari permukaan tanah. Kedalaman ini juga sudah cukup mencegah ‘terungkapnya aib ke permukaan’.
Kemudian, setelah selesai, sebelum menutup lubang jangan lupa mengaduk kotoran dengan sedikit tanah di sekitarnya untuk mempercepat penguraian tinja. Aduklah dengan ranting atau batu, atau apa saja. Hati-hati kalau ternyata di lokasi pilihan nggak ada ranting. Ini bisa berarti lokasi tersebut termasuk yang sering dilalui, daerah yang ditanahnya nggak ada bakteri, atau daerah tidak bertanah.
B.A.K ( Buang Air Kecil)
Beda dengan tinja, air seni relatif lebih steril (kecuali kalau terjadi infeksi saluran kemih). Yang perlu diperhatikan dalam mencari tempat untuk dipipisin adalah jangan pipis ditempat yang sering dilewati (soalnya bau), juga medan kerikil dan batuan, karena disini bau pipis susah hilang. Nah, kalo pipis oke-oke aja dilakukan dialiran air atau pasir basah ditepi air. Kalau mau buang air,lakukanlah jauh dari tempat kita nge-camp. Bukan hanya untuk privasi, tapi juga untuk menghindari penggunaan tempat yang sebenarnya potensial untuk tidur atau masak.
W.C Umum
Kalo kita pergi rame-rame, kita bisa pertimbangkan untuk membuat WC Umum yang disebut latrine. Pilih tempat yang baik, jauh dari sumber air, sekitar 6 m dari danau. Juga cukup tinggi, seperti untuk lokasi lubang kucing yang telah dijelaskan diatas. Cari tempat yang tanahnya berhumus banyak. Kerugian dari deposit yang banyak adalah konsentrasi patogen tinggi di satu tempat dan penguraian yang lambat. Gali parit yang dangkal, 6-8 inci (15-20,5 senti), sempit 9-10 inci (23-25,5 cm). Panjangnya sesuaikan dengan jumlah orang yang ada. Kalau kurang panjang bisa ditambah, kok . Letakkan tumpukan tanah disepanjang parit. Instruksikan orang-orang untuk mulai dari satu ujung.
Setelah selesai, beri tanah, aduk dan tutup dengan baik. Kita bisa menyediakan tongkat pengaduk bersama di latrine. Tongkat tadi kita tancapkan ditempat yang sudah terpakai. Juga sediakan tempat untuk tissue dan kantong sampah. Tissuenya jangan dikubur, tetapi dikumpulkan ditempat sampah tadi, yang nanti kalau sudah penuh bisa dibakar atau dibawa dan dibuang di kota.
Kalau Nggak Mungkin Gali Lubang
Pemanjat tebing termasuk yang paling nggak tertib diantara penggiat alam terbuka untuk urusan buang air ini. Mereka bisa dengan teganya untuk membiarkan ‘itu’ terbang bebas kebawah (abis mau gimana ? udah kebelet!). Nggak jarang kita dengar cerita climber yang kepalanya kena ‘bom’. Jadi gimana sebaiknya kalau kita pingin B.A.B pas lagi manjat tebing, caving, atau lagi di kayak ? Alternatif lain adalah : kita bawa pulang lagi tinja kita. Kedengaran menjijikkan memang, tapi teknik ini sudah mulai diterapkan di Amerika.
Diantaranya oleh Cal Adventures, Colorado Outward Bound, dan National Leadership School, juga beberapa pemanjat tebing yang mulai ‘bertobat’. River Permit Office di Grand Canyon membagikan dua halaman penuh petunjuk untuk mem-packing kotoran manusia kepada para pemimpin rombongan wisatawan disana, karena Grand Canyon ‘terancam’ oleh 50.000 ton tinja per tahun yang berasal dari 200.000 orang pengunjungnya. Yang lebih sering digunakan para ORAD-er Amerika sebagai pispot adalah kaleng amunisi sisa Perang Dunia II, yang biasa disebut ammo can atau rocket box.
Penutupnya anti tumpah,dan kalau mau dipakai tinggal pasang kantong plastik sampah dan dudukan toilet (bisa nggak usah dipasang), dan langsung jadi toilet alam terbuka!. Sampai di kota, buangnya jangan di tempat sampah, tapi cemplungin aja isinya kedalam W.C.
Ada beberapa perusahaan yang telah memproduksi toilet khusus untuk kegiatan alam terbuka, yang bisa dipindah-pindahkan (portable). Produk yang bisa dibersihkan dan dipakai berulang-ulang ini antara lain Bano, Jon-nyPartner, Green Machine, Human Waste Tank, MAGIC GROOVER, River Bank, D-Can, Coyote Bagless Toilet Systems, Scat Packer dan Proffesional River Outfitters Ammo cans. Sedangkan untuk yang sekali pakai dan biogradable yaitu Molded Fiber Toilet Liners yang sering juga disebut dengan Fiber Pots. Semua produk ini bisa digunakan oleh banyak orang, seperti WC Umum.
Sedangkan untuk pemakaian solo, Kathleen Meyer dan seorang temannya telah memproduksi Go With the J-UHG. Ada pula produk Canada yang namanya PersonalBiogradable Wildernees Toilet, yang berupa kantong- kantong sekali untuk satu orang sekali pakai. Sedangkan dari Sierras, Mark Butler mendesain alat poop tube yang dibuat dari pipa PVC. Beberapa orang juga telah dilaporkan mengemas tinjanya dengan wadah plastik tupperware. Tapi hati-hati kalau terjemur, tutupnya bisa lepas karena meletus, akibat timbunan gas metana di dalam mangkok. Supaya nggak bau, kita bisa beri sedikit pasir cat litter (untuk kotoran kucing) didalamnya.
Frosting
Ada lagi cara yang bisa diterapkan kalau nggak bisa menggali lubang. Yaitu ‘frosting’ atau ‘smearing’ (terjemahan bebasnya ‘mengoles’). Untuk menjalankan metode ini, ada 4 hal yang harus dipertimbangkan : lokasinya sangat terpencil, mataharinya bersinar terik, musim kemarau, dan tanahnya kering atau malah tidak bertanah sama sekali. Kalau syaratnya sudah terpenuhi, begini caranya : Cari tempat yang terus terkena sinar matahari langsung sepanjang hari. Sediakan batu yang besarnya cukup untuk digenggam. Terus pup diatas batu yang ceper. Kemudian ratakan pupnya diatas batu ceper tersebut dengan batu, usahakan setipis dan serata mungkin. Sinar matahari akan memanggang patogen dan mengeringkan pup tersebut sampai bisa melayang terbawa angin.
Itulah metode-metode yang bisa diterapkan seandainya kita kebelet B.A.B di alam terbuka, yang juga bersahabat bagi lingkungan dan mahluk hidup lain. Selamat Mencoba !
TIPS UNTUK B.A.B DI ALAM TERBUKA
- Kadang-kadang kita susah untuk B.A.B di alam terbuka, padahal kita harus buang air besar maupun kecil untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Supaya enak keluarnya, carilah tempat yang sepi dan terlindung, disarankan dengan pemandangan yang bagus supaya kita bisa rileks.
- Amati medan. Jangan sampai kita B.A.B diantara tereptep atau daun fulus, atau di dekat sarang lebah,ular, atau semut atau malah di atas sarang burung yang nggak berdosa.
- Kalau kebeletnya malam-malam, jangan lupa bawa senter. Ini untuk mencegah kejadian-kejadian seperti pada poin 2 diatas. Juga nggak lucu dong, kalo kita kesasar malem-malem gara-gara kebelet ‘miceun’.
Sumber : Bulettin Wanadri No.2 / Tahun 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar